Monday, October 17, 2005

[Bisnis] 17 Oktober 2005

  • Bank Indonesia meningkatkan lagi Bilateral Swap Agreement dengan Bank of China (bank sentral China) dari semula US$1 miliar menjadi US$2 miliar. Fasilitas ini merupakan second line of defense (pertahanan lapis kedua dari upaya memperkuat cadangan devisa dan dapat digunakan untuk mendukung neraca pembayaran.
  • Meski masih berada pada level US$30 miliar, cadangan devisa mulai merangkak naik pada pekan pertama Oktober 2005, setelah sebelumnya sempat melorot. Posisi cadangan devisa pada pekan pertama Oktober 2005 tercatat US$30,44 miliar atau naik tipis US$125,1 juta dari posisi pekan sebelumnya sebesar US$30,31 juta.
  • PT Renaissance Capital Asia batal mengakuisisi 71,6% saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) karena tidak sepakat soal nilai buku dengan pemegang saham bank itu. Sebelum membatalkan niatnya membeli saham BTPN, Renaissance Capital sempat melakukan uji tuntas yang dimulai enam bulan lalu. Dalam proses itu, Renaissance dan pemegang saham sepakat untuk menyelesaikan transaksi pembelian saham BTPN pada akhir September. Namun hingga akhir September, proses uji tuntas belum rampung dan memerlukan waktu lebih lama.
  • PT Komatsu Indonesia Tbk telah menunjuk PT Bahana Securities sebagai agen yang membeli 26,6% saham milik publik dalam penawaran tender yang bakal dibuka 20 Oktober.
  • PT Branta Mulia Tbk telah melunasi bunga obligasi keenam dengan tingkat bunga tetap sebesar Rp 7,83 miliar yang jatuh tempo pada 19 Oktober 2005.
  • PT Barito Pacific Timber Tbk merampungkan penukaran aset perusahaan dengan obligasi tukar yang dipegang kreditor pada 12 Oktober senilai US$215,88 juta.
  • PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) meminta PT Bukaka Teknik Utama Tbk segera menyelesaikan masalah restrukturisasi utangnya, sehingga suspensi perdagangan saham emiten itu dapat segera dicabut. Masalah restrukturisasi utang itu mengakibatkan laporan keuangan Bukaka mendapatkan opini disclaimer selama lima tahun berturut-turut sejak tahun buku 2000.
  • Spekulasi temporer mendominasi perdagangan saham di BEJ pekan lalu. Pemodal tampak hati-hati dan selektif bertransaksi di saham unggulan. Hal itu akibat minimnya sentimen penggerak pasar serta melemahnya bursa global dan regional. Pelaku pasar hanya bermain temporer di saham blue chips dan beberapa saham lapis dua yang memiliki isu menarik. Terobosan itu ditempuh pemodal untuk mengurangi risiko ditengah ancaman kenaikan suku bunga Fed, fluktuasi rupiah, serta minimnya corporate action. Kegiatan transaksi kurang bergairah dan cenderung didominasi spekulasi sesaat. Bahkan aksi one day trading turut mewarnai perdagangan saham sepekan. Investor enggan memegang saham dalam waktu lama. Mereka membeli hari ini dan langsung melepasnya lagi pada perdagangan hari berikutnya. Kenyataan tersebut membuat indeks berfluktuasi cukup tinggi. IHSG naik tipis 2,052 poin atau 0,18% pada 1.096,704 dibanding sebelumnya di 1.094,652. Indeks BI-40 loss 0,43% pada 288,598 dari yang lalu di 289,856. Total saham yang berpindahtangan 1,01 miliar unit senilai Rp 2,62 triliun. Asing net buying Rp 929 miliar dan rupiah stabil di Rp 10.100 per dolar AS.