Tuesday, October 25, 2005

[Bisnis] 25 Oktober 2005

  • Departemen Keuangan hanya membeli kembali delapan seri obligasi negara yang akan jatuh tempo pada periode 15 Februari 2006 – 25 Juli 2009 dari 12 seri surat utang negara yang bisa ditawarkan investor, dengan nilai sekitar Rp 2,5 triliun dari rencana semula Rp 3 triliun. Sisa tahun ini pemerintah berencana membeli kembali obligasi negara (buyback) secara tunai dengan plafon sekitar Rp 4 triliun – Rp 5 triliun dalam dua kali periode lelang yaitu masing-masing Rp 3 triliun dan Rp 2 triliun.
  • Gubernur BI Burhanuddin Abdullah memperkirakan inflasi 2005 akan mencapai 14% setelah memperhitungkan dampak dari kenaikan harga BBM putaran kedua tahun ini terhadap peningkatan biaya transportasi.
  • PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk akan menerbitkan saham baru (rights issue) sebanyak tiga miliar lembar saham dengan harga Rp 100 per saham dimana ICB Financial Group Holding Limited Malaysia sebagai pembeli siaga. Rasio rights issue itu adalah pemegang enam saham lama berhak membeli sembilan saham baru (6:9).
  • Kalangan investor masih ragu mengambil posisi di BEJ. Hal itu akibat minimnya insentif penggerak pasar belakangan ini. Sebagian pemodal kembali mendiskon saham unggulan guna merealisasikan keuntungan tersisa. Perayaan Idul Fitri yang kian dekat membuat investor hati-hati bertransaksi di saham blue chips. Mereka sengaja mengurangi aktivitasnya di BEJ dan berkonsentrasi melaksanakan ibadah puasa yang hanya tersisa seminggu lagi. Disisi lain, lambannya aksi korporasi emiten, terutama publikasi kinerja keuangan kuartal III/2005 ikut menghambat pergerakan saham Bisnis.
  • Akumulasi berbagai sentimen di atas langsung menjatuhkan indeks BEJ sebesar 2,880 atau 0,27% menjadi 1.073,082. Kegiatan transaksi kurang begitu marak dengan volume saham berpindahtangan 1,265 miliar lembar senilai Rp 805 miliar. Kondisi pasar masih belum stabil menyusul berkurangnya insentif positif segar di BEJ. Selain itu, pelaku pasar juga mulai mewaspadai kenaikan suku bunga AS dan kemungkinan naiknya suku bunga SBI di dalam negeri. Perilaku pemodal itu wajar karena hampir dipastikan Bank Sentral AS akan kembali mendongkrak suku bunganya.
  • Sementara itu aksi profit taking investor terhadap saham Indosat maupun Astra International ikut menyeret pelemahan saham unggulan Bisnis. Indeks BI-40 turun 0,29% pada posisi 280,425. Begitu juga indeks LQ45 loss 0,29% di 229,725. Pelaku pasar umumnya tak ingin mengambil risiko lebih besar di bursa. Fenomena tersebut bisa dicermati dari menurumnya animo beli di saham blue chips. Memang beberapa saham unggulan mengalami rebound, seperti Gudang Garam, Perusahaan Gas Negara dan Bank BRI. Namun kenaikan kursnya tak mampu mengimbangi tekanan jual di saham Indosat. Pelaku pasar belum berani memegang saham blue chips dalam waktu lama. Jika ada kesempatan mengambil untung, mereka segera merealisasikannya. Kecenderungan ini terjadi pada perdagangan hari pertama minggu ini dimana pemodal kembali melepas sahamnya di bursa. Sejumlah saham kapitalisasi besar yang sebelumnya menguat tajam langsung dilepas investor sehingga kursnya terkoreksi cukup dalam.
  • Sedangkan rebound di saham Bank BRI seiring keputusan pemerintah menunda divestasi saham perbankan tersebut. Begitu juga pembelian saham PGAS dimaksudkan untuk memperbaiki kursnya. Secara umum, aksi jual beli terhadap saham blue chips sangat selektif dan spekulatif. Pemodal masih menunggu gebrakan pemerintah, terutama otoritas bursa guna menggairahkan investasi di BEJ.
  • Bursa Efek Surabaya menghentikan sementara (suspend) perdagangan 11 obligasi korporasi, menyusul belum diserahkannya laporan keuangan perusahaan tersebut periode Juni 2005. Perdagangan obligasi yang dihentikan sementara itu adalah surat utang PT Perusahaan Listrik Negara, PT Pindo Deli, PT Lontar Papirus, PT Inti Fasindo, PT Great River International Tbk, PT Eka Darma, PT Bintuni Mina Raya, PT Polisindo Eka Perkasa Tbk, PT Supermitory, PT Itamaraya Gold Industry dan PT Teijin Indo Fibre.