Monday, October 24, 2005

[Bisnis] 24 Oktober 2005

  • Saham unggulan Bisnis mampu membukukan keuntungan signifikan selama setahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wapres Jusuf Kalla. Pada periode kepemimpinan SBY-Kalla tersebut, BI-40 mencatat gain 29%. Hal itu tercermin dari lonjakan indeks BI-40 yang mencapai 64 poin dari posisi 218,110 (20 Oktober 2004) menjadi 282,168 per 20 Oktober 2005. Respon pelaku pasar di BEJ cukup positif terhadap pemerintah Yudhoyono. Bahkan prestasi SBY-Kalla di bidang ekonomi, khususnya pasar modal cukup baik. IHSG naik 27% dari 840,791 menjadi 1.075,401.
  • Minat jual beli investor terhadap saham blue chips sangat tinggi sehingga mayoritas saham pilihan membukukan kenaikan kurs signifikan. Kelompok saham BUMN, seperti Semen Gresik, Telkom, Perusahaan Gas Negara, Aneka Tambang, Indosat, Tambang Batu bara Bukit Asam serta Bank BRI berhasil mengkontribusikan keuntungan besar bagi pemodalnya. Perburuan pemodal juga terjadi di saham blue chips lainnya, yakni Astra International, Inco, Astra Agro Lestari, Medco, Bank BCA, Unilever Indonesia, dan beberapa saham lainnya. Investor antusias memborong saham-saham tadi.
  • Antusiasme pemodal memburu saham Bisnis dipicu pertumbuhan kinerja fundamental serta prospek usahanya yang cerah. Bahkan berbagai aksi korporasi emiten selama setahun pemerintah SBY-Kalla turut mendongkrak sahamnya di BEJ. Pelaku pasar percaya, terobosan yang dilakukan pemerintah di bidang ekonomi, politik, keamanan, dan sosial budaya bisa membawa Indonesia keluar dari krisis multidimensi. Iklim investasi yang cukup kondusif disertai stabilitas politik dan keamanan terkendali dalam setahun pemerintahan SBY-Kalla mampu menyemarakan transaksi saham di BEJ.
  • Di bagian lain, terobosan pemerintah mendongkrak penerimaan negara lewat divestasi sejumlah BUMN strategis berhasil menggerakan saham-saham ‘plat merah’ di bursa. Harus diakui, bahwa peranan saham BUMN sangat besar dalam meningkatkan nilai transaksi harian di BEJ yang rata-rata Rp 1 triliun. Nilai kapitalisasi pasar bursa Jakarta pun melonjak 34% dari Rp 572 triliun menjadi Rp 768 triliun. Kemampuan pemerintah, terutama Bank Indonesia menjaga rupiah dan bunga SBI di tingkat wajar mendorong investor menanamkan modalnya di BEJ. Aktivitas transaksi tampak marak dan bergairah. Prestasi SBY-Kalla di pasar modal jauh lebih baik dibanding pemerintahan Megawati maupun Abdurrahman Wahid.
  • Telekom Malaysia Bhd akan menjadi pemegang saham pengendali PT Excelcomindo Pratama Tbk pada Kamis pekan ini, bersamaan dengan selesainya proses akuisisi kedua atas 2,21 miliar lembar saham yang dimiliki PT Telekomindo Primabhakti. Pada 20 Oktober 2005, Telekom Malaysia telah menyelesaikan transaksi pembelian 56,63 juta lembar saham Excelcomindo dari Telekomindo yang sebelumnya merupakan pemegang saham pengendali. Total saham Telekomindo yang dijual kepada Telekom Malaysia adalah 2,27 miliar lembar dengan nilai US$460 juta yang diselesaikan dalam dua tahap. Pada saat seluruh transaksi pembelian tersebut selesai nantinya maka struktur kepemilikan saham Excelcomindo akan berubah menjadi Telekomindo sebesar 16%, Telekom Malaysia 56,9%, Khazanah Nasional Bhd 16,8%, AIF (Indonesia) Ltd 10,1%, dan karyawan serta publik sebesar 0,1%.
  • PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) melakukan pembelian kembali obligasi ketiganya sebesar Rp 20 miliar. Pembelian kembali itu bertujuan pelunasan sehingga mulai akhir pekan lalu nilai obligasi III Bank Jatim yang tercatat di Bursa Efek Surabaya (BES) berkurang menjadi Rp 380 miliar. Obligasi Bank Jatim sebesar Rp 400 miliar dicatatkan di BES pada 14 Juli 2003 dengan masa jatuh tempo lima tahun hingga 13 Juli 2008. Pembelian kembali dilakukan pada harga 91%. Bunga obligasi itu ditetapkan sebesar 13,45% per tahun.