Wednesday, October 26, 2005

[Bisnis] 26 Oktober 2005

  • Penerbitan obligasi negara (re-opening) seri FR0031 kebanjiran permintaan (oversubscribed) sampai 5,4 kali dari jumlah indikatif yang dinyatakan Departemen Keuangan sebesar Rp 500 miliar. Seri FR0031 merupakan obligasi negara berbunga tetap 11% yang akan jatuh tempo pada 15 November 2020. Posisi FR0031 per 12 Oktober – sebelum lelang kali ini – sekitar Rp 1,05 triliun.
  • Bursa Efek Surabaya (BES) telah mengirimkan peringatan tertulis ketiga kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan Juni 2005. Direktur BES T Guntur Pasaribu mengatakan laporan keuangan periode Juni tahun ini paling lambat diserahkan ke BES pada 30 hari sejak tutup buku Juni (tanpa audit), 60 hari sejak tutup buku (jika dilakukan penelaahan terbatas), dan 90 hari sejak tutup buku (jika diaudit).
  • Bapepam meminta manajer investasi (MI) untuk segera menyelesaikan pembayaran pencairan (redemption) reksa dana yang telah melewati batas waktu yang ditentukan yaitu maksimal tujuh hari kerja setelah waktu pencairan.
  • Kekhawatiran pasar terhadap lonjakan inflasi tahun 2005 telah memangkas kurs saham Bisnis ke tingkat cukup dalam. Pemodal langsung merealisasikan keuntungan jangka pendek di BEJ. Karena inflasi tinggi yang diikuti naiknya suku bunga SBI sangat merugikan pasar saham. Sementara itu, kondisi pasar yang minim insentif membuat investor kehilangan motivasi bertransaksi di saham Bisnis. Pelaku pasar cenderung mengambil posisi aman yakni dengan melepas saham blue chips yang masih berpotensi gain. Tindakan ini cukup tepat guna mengurangi risiko kerugian lebih besar. Tindakan ini cukup tepat guna mengurangi risiko kerugian lebih besar.
  • Dampaknya, indeks BI-40 terpangkas 1,07% pada posisi 277,398. Total volume saham Bisnis yang berpindahtangan mencapai 232 juta unit senilai Rp 445 miliar. Mayoritas saham pilihan dibuang investor sehingga kursnya terkoreksi dalam jumlah bervariasi. Investor agresif mendiskon saham kapitalisasi besar, seperti Indosat, Telkom, Astra International, Inco, serta Gudang Garam. Tekanan jual dimotori pemodal asing yang membukukan net selling sebesar Rp 47 miliar. Lonjakan inflasi tahun 2005 yang diperkirakan mencapai 14% mendorong investor mengamankan portofolionya di BEJ.
  • Derasnya tekanan jual terhadap saham blue chips ikut merosotkan IHSG sebesar 10,910 poin ataui 1,02% menjadi 1.062,172. Demikian halnya indeks LQ45 ikut terpuruk 1,11% pada level 227,173. Harus diakui, lambannya emiten melaporkan kinerja kuartal III/2005 membuat investor kehilangan instrumen transaksi di bursa. Di sisi lain, faktor ibadah puasa dan hari raya lebaran yang semakin dekat ikut menyulut investor membuang saham Bisnis. Profit taking yang cukup deras di saham kapitalisasi besar mendongkrak volume transaksi di BEJ hingga 3,319 miliar unit senilai Rp 828,5 miliar.
  • Pemodal hanya melakukan trading temporer di tengah kondisi pasar yang minim insentif positif. Mereka sengaja melepas saham blue chips untuk mendapatkan sana tunai. Pasalnya, libur hari raya Idul Fitri cukup panjang sehingga anggaran belanja perlu ditingkatkan. Pernyataan Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah tentang ancaman inflasi yang bisa mencapai 14% telah menimbulkan kepanikan di kalangan pelaku pasar. Perdagangan saham Bisnis hari ini masih akan dibayangi jual beli spekulatif. Pemodal kembali merealisasikan keuntungan temporer.