Tuesday, November 15, 2005

[Bisnis] 15 November 2005

  • BEJ menyarankan PT Aqua Golden Mississippi Tbk menambah porsi saham publik ketimbang memutuskan untuk delisting, sementara rencana perusahaan itu menjadi perusahaan tertutup terancam gagal karena pemegang saham independen menuntut harga Rp 1 juta per saham.
  • PT Bank Danamon Tbk berencana menghapus pencatatan (delisting) sebanyak 49 juta unit atau setara dengan Rp 169 miliar dari PT Bursa Efek Surabaya, menyusul pengajuan rencana tersebut belum lama ini. Nilai saham yang dihapus pencatatannya itu diperoleh dari jumlah efek dikalikan dengan harga saham perusahaan pada perdagangan kemarin di level Rp 3.450 per lembar. Saham perusahaan yang dihapus itu menurut penjelasan bursa efek adalah atas nama PT Danareksa (Persero). Penghapusan pencatatan itu dilakukan BES terhitung 15 November. Setelah penghapusan itu, jumlah saham Bank Danamon yang tercatat dan dapat diperdagangkan di BES menjadi 4,82 miliar lembar.
  • Bursa Efek Surabaya menghentikan sementara perdagangan efek atas PT Eficorp Sekuritas Tbk terhitung sejak 10 November 2005 dikarenakan tidak dipenuhinya ketentuan laporan modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) oleh pihak perseroan.
  • Investor terus membuang saham blue chips di BEJ hingga awal pekan ini. Minimnya insentif positif serta penantian atas pengumuman resuffle kabinet SBY-Kalla menyulut investor melepas sahamnya di bursa. Di sisi lain, kekhawatiran terhadap melonjaknya suku bunga SBI mendorong investor mengambil posisi aman. Beberapa pemodal bahwa cenderung mengalihkan portofolionya ke deposito karena menjanjikan return menggiurkan. Bagaimanapun, suku bunga tinggi bakal menghantui perekonomian nasional, termasuk kinerja emiten BEJ. Harga saham Bisnis terus merosot.
  • Kejatuhan kurs saham blue chips memicu anjloknya indeks BEJ sebesar 11,251 poin atau 1,09% menjadi 1.017,733. Begitu juga indeks BI-40 terpangkas 0,89% pada 267,639. Total volume saham Bisnis yang diperjualbelikan sebanyak 220 juta unit senilai Rp 543 miliar. Pelaku pasar enggan memegang saham pilihan dalam waktu lama. Hal itu tercermin dari berlanjutnya tekanan jual di saham Bisnis sampai transaksi Senin. Profit taking di BEJ sudah berlangsung lima hari berturut-turut sejak pekan lalu. Tingginya risiko investasi membuat investor tak berani membeli saham pilihan dalam jumlah besar. Harus diakui, suku bunga SBI yang cenderung naik belakangan ini telah berdampak negatif di pasar saham. Apalagi lonjakan suku bunga tadi diikuti tarik ulur perombakan kabinet SBY-Kalla. Realitas tersebut membuat investor kehilangan instrumen investasi di bursa. Sebaliknya, pemodal justru makin agresif mendiskon sahamnya guna mendapatkan keuntungan tersisa.
  • Perilaku investor itu wajar karena meningkatnya suku bunga sangat tidak menguntungkan investasi di pasar modal. Pelaku pasar terus mengurangi aktivitasnya di bursa dan sebagian sengaja membuang sahamnya. Perdagangan saham hari ini masih akan dibayangi profit taking. Pemodal diperkirakan kembali melepas saham Bisnis yang bisa mendatangkan keuntungan. Di sisi lain, mereka juga mencoba berspekulasi di saham unggulan dan lapis kedua.