Monday, November 14, 2005

[Bisnis] 14 November 2005

  • Pelaku pasar di bursa Jakarta tampak dihantui sentimen negatif pasca libur lebaran. Sejak pembukaan transaksi, Rabu (9/11), investor aktif melepas saham unggulan di bursa. Hal itu dipicu memburuknya kondisi makro ekonomi, terutama lonjakan inflasi serta kenaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Di samping itu, isu perombakan kabinet SBY-Kalla ikut menyulut tekanan jual terhadap saham Bisnis. Berbagai isu negatif di atas membuat pasar tak merespon tewasnya gembong teroris di Indonesia, DR. Azahari pekan lalu. Pemodal justru membuang saham. Faktor makro ekonomi yang cenderung memburuk dikhawatirkan bakal menghambat pertumbuhan ke tingkat lebih tinggi. Pasalnya, laju inflasi yang tak terkendali pasca kenaikan harga BBM berpotensi melonjakan suku bunga SBI ke lebel signifikan.
  • Kenyataan itu diperlihatkan Bank Indonesia yang cukup agresif menaikkan suku bunga SBI pekan lalu. Padahal, lonjakan inflasi yang diikuti naiknya bunga SBI akan berdampak negatif terhadap kinerja emiten. Para emiten BEJ akan merevisi target labanya pada semester I 2006 jika otoritas moneter gagal menjinakkan laju inflasi nanti. Di sisi lain, desakan perombakan kabinet oleh kalangan DPR dan pengamat berpotensi memanaskan suhu politik di dalam negeri. Pelaku pasar cemas, bongkar pasang personil kabinet, terutama menteri di bidang ekonomi akan mengganggu pemulihan ekonomi nasional. Di mata pemodal BEJ, tim ekonomi kabinet SBY-Kalla sebaiknya terus diberi kesempatan untuk membenahi perekonomian. Pasalnya, reshuffle kabinet tak akan menyelesaikan masalah, khususnya percepatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, isu perombakan kabinet disikapi investor dengan membuang sahamnya.
  • Akibatnya, indeks BEJ terpangkas 35 poin atau 3,37% menjadi 1.028,984 dibanding periode lalu di 1.064,953. Koreksi indeks terutama karena disulut anjloknya saham unggulan kapitalisasi besar. Hal itu ikut menyeret anjloknya indeks BI-40 sebesar 3,18% pada 270,051 dari minggu lalu di 278,943. Indeks LQ45 merosot 3,84% dari 227,930 menjadi 219,163. Total volume saham Bisnis yang berpindahtangan 1,205 miliar unit senilai Rp 3,08 triliun. Kurs Rupiah menguat tipis di Rp 9.983 per dolar AS.