Saturday, July 01, 2006

[Bisnis] 1 Juli 2006

News:
  • The Federal Reserve memutuskan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 5,25% sekaligus memberi isyarat akan membuat kebijakan serupa karena situasi terakhir perekonomian AS belum bisa membuat bank sentral tersebut menahan laju inflasi. Kenaikan bunga Fed Fund kemarin merupakan yang ke-17 kali secara berturut-turut.
  • Obligasi ritel seri ORI001 yang akan dikeluarkan pemerintah bisa dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman bank dan jaminan ke perusahaan efek untuk membeli saham di bursa. Keuntungan lainnya, menurut Direktur Direktorat Pengelolaan Surat Utang Negara Depkeu Rahmat Waluyanto, aset tertimbang menurut risiko nilainya nol sehingga modal bank tidak terpengaruh. Penerbitan SUN ritel itu mundur dari semula pada Juli 2006 menjadi 2 Agustus 2006 karena permintaan agen penjual yang meminta waktu untuk mengadakan pelatihan terhadap tenaga penjualnya. Pemerintah telah menandatangani nota kesepahaman dengan 11 agen penjual, kemarin. Ke-11 agen penjual itu adalah Bank Bukopin, Bank Mandiri, Valbury Asia Securities, Citibank, Bank Niaga, Bank Mega, Bank Permata, Trimegah Securities, Bank NISP, Bank Danamon Indonesia, Bank Panin, dan Danareksan Sekuritas. Mengenai imbal hasil SUN Ritel ditentukan lebih rendah dari obligasi negara konvensional dengan tenor tiga bulan dan lebih tinggi dari bunga deposito bank BUMN.
  • Rasio dividen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) tahun ini naik menjadi 55% dibandingkan rasio tahun lalu yang hanya 50% dari laba bersih 2004. Rapat umum pemegang saham (RUPS) Telkom sepakat membagikan dividen tahun ini Rp 4,49 triliun atau Rp 218,68 per saham yang akan dibayarkan pada 9 Agustus 2006.
  • PT Bentoel International Investama Tbk berencana membeli kembali (buyback) saham sejumlah 2,43% saham dengan anggaran Rp 40 miliar. Program pembelian kembali saham kedua itu melanjutkan program buyback tahun lalu yang gagal mencapai target. Tahun lalu, perseroan hanya berhasil membeli kembali saham sejumlah 7,57% dengan rata-rata Rp 120,7 per saham dari target yang diizinkan Badan Pengawas Pasar Modal yaitu 10%.